Denpasar – Sektor pariwisata memiliki peran krusial dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Bali. Dengan kontribusi mencapai 54% terhadap pendapatan daerah pada tahun 2023, sektor pariwisata perlu diperkuat oleh para pemangku kepentingan terkait agar terus bertumbuh sekaligus tetap menjaga keseimbangan alam, manusia, dan budaya. Salah satu bentuk dukungan terhadap sektor ini melalui pendekatan pengurangan bahaya tembakau (tobacco harm reduction approach) untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan domestik dan mancanegara di Bali.

Denpasar – Sektor pariwisata memiliki peran krusial
dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Bali. Dengan kontribusi mencapai 54%
terhadap pendapatan daerah pada tahun 2023, sektor pariwisata perlu diperkuat
oleh para pemangku kepentingan terkait agar terus bertumbuh sekaligus tetap
menjaga keseimbangan alam, manusia, dan budaya. Salah satu bentuk dukungan
terhadap sektor ini melalui pendekatan pengurangan bahaya tembakau (tobacco
harm reduction approach) untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan
domestik dan mancanegara di Bali.

Topik ini menjadi
pembahasan utama dalam diskusi yang diselenggarakan Koalisi Indonesia Bebas TAR
(KABAR) dengan mengusung tema “Penerapan
Pengurangan Bahaya Tembakau sebagai Strategi Komplementer Mengatasi
Permasalahan Merokok dan Mendukung Pariwisata Bali”
di Denpasar, Rabu
(9/10/2024). Narasumber diskusi ini antara lain, Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Pendidikan Nasional Bali Profesor Ida Bagus Raka Suardana,
Direktur Eksekutif BPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Ida
Bagus Purwa Sidemen, Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas
Padjadjaran (UNPAD) Profesor Amaliya, dan Akademisi Universitas Mahasaraswati
Denpasar, drg. Ida Bagus Nyoman Dhedy Widyabawa, Sp.Perio. 

Prof. Ida Bagus Raka
menyatakan Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang banyak
dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara. Saat ini, jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara ke Bali telah menunjukkan tren pemulihan setelah pandemi
COVID-19. Pada saat pandemi, sektor pariwisata hampir terhenti total. Situasi
tersebut berdampak besar terhadap kelangsungan Usaha, Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM), seperti hotel, restoran, serta usaha kecil lainnya, yang
sekitar 50% terlibat dalam sektor ini. Dampaknya adalah penurunan tajam
terhadap pendapatan daerah dan meningkatnya jumlah pengangguran di Bali.

“Pengalaman ini
menunjukkan betapa pentingnya membuat wisatawan merasa nyaman dan aman agar
sektor pariwisata Bali dapat pulih dan terhindar dari krisis serupa di masa
depan. Dengan memastikan kenyamanan pengunjung, melalui protokol kesehatan,
kebersihan, dan pengelolaan lingkungan yang baik, perekonomian Bali dapat tetap
stabil dan tidak lagi mengalami keruntuhan seperti saat pandemi COVID-19,” kata
Prof. Ida Bagus Raka. 

Mengacu Badan Pusat
Statistik (BPS), jumlah wisatawan mancanegara pada Agustus 2024 mencapai
616.641 orang atau meningkat 18,10% dibandingkan periode yang sama tahun lalu
sekitar 522.141 kunjungan. Secara akumulatif, jumlah turis asing pada
Januari-Agustus 2024 sudah mencapai 4.155.540 orang. Jumlah tersebut naik
21,55% dibandingkan periode yang sama pada 2023 yang sebesar 3.418.667 orang.

Seiring meningkatnya
sektor pariwisata di Bali, tingkat hunian di Pulau Dewata rata-rata mencapai
70%-80%. Ida Bagus Purwa mengingatkan pentingnya kesepahaman tentang keamanan
dan kenyamanan bagi para pemangku usaha. Upaya-upaya yang dapat dilakukan seperti
menciptakan lingkungan di mana setiap wisatawan merasa aman dan disambut dengan
hangat, penyediaan infrastruktur memadai, layanan yang ramah dan profesional,
menjaga kebersihan serta kelestarian lingkungan, dan menghindari kepadatan
serta polusi yang dilakukan wisatawan agar tetap dapat menikmati Bali tanpa
gangguan. 

“Dengan semakin banyaknya
wisatawan, muncul berbagai karakter dan kebiasaan, termasuk perilaku merokok
yang dapat menyebabkan polusi udara sehingga mengganggu kenyamanan lainnya,
baik di tempat umum maupun di sekitar hotel. Salah satu inovasi yang dapat diimplementasikan
pelaku perhotelan di Bali adalah bisa menerapkan area untuk menggunakan produk
tembakau alternatif, seperti rokok elektronik, sehingga diharapkan dapat tetap
ramah terhadap wisatawan,” ucap Ida Bagus Purwa.

Pendekatan Pengurangan Bahaya Tembakau

Guru Besar FKG UNPAD,
Prof. Amaliya, menjelaskan pengurangan bahaya tembakau merupakan pendekatan
kesehatan publik untuk mengurangi risiko kesehatan dan sosial dari kegiatan
maupun penggunaan zat tertentu. Salah satu implementasi dari konsep ini dengan
memanfaatkan rokok elektronik. Produk tersebut menerapkan sistem pemanasan pada
nikotin cair atau tembakau sehingga menghasilkan uap atau aerosol, dan tidak
menghasilkan asap seperti rokok. Berkat penerapan sistem pemanasan, potensi
risiko kesehatan turun 90% dibandingkan dengan rokok. Sejumlah negara maju
seperti Swedia, Jepang, Inggris, dan Selandia Baru sudah mendukung penggunaan
rokok elektronik maupun produk tembakau alternatif lainnya seperti kantong
nikotin.

“Uap atau aerosol yang
dihasilkan produk tembakau alternatif tidak mengandung TAR. Sedangkan asap dari
rokok yang dibakar mengandung TAR, zat yang menimbulkan risiko bagi lingkungan
sekitar. Jadi uap atau aerosol berbeda dengan asap rokok. Dengan tidak menghasilkan
TAR, produk tembakau alternatif memiliki risiko kesehatan yang jauh lebih
rendah daripada rokok,” tegas Prof. Amaliya.

Ida Bagus Nyoman
menambahkan, dengan menerapkan sistem pemanasan, rokok elektronik tidak hanya bermanfaat
untuk meminimalisir dampak pada gigi dan gusi penggunanya dibandingkan dengan
kondisi kesehatan mulut seperti yang dialami perokok, namun juga memiliki
potensi untuk lebih diterima dari sisi keberlangsungan dan kenyamanan
pariwisata. Tanpa TAR dan residu lainnya seperti abu pada rokok, produk ini
dapat membantu dalam menjaga kebersihan lingkungan dan kualitas udara. Hal ini
menjadi sangat penting di destinasi wisata seperti Bali, di mana keindahan alam
dan kualitas udara adalah aset utama. Oleh sebab itu, penggunaan produk
tembakau alternatif dapat mendukung upaya menjaga Bali sebagai destinasi
pariwisata yang bersih dan nyaman.

“Berbagai penelitian dari
dalam dan luar negeri telah membuktikan bahwa pengguna rokok elektronik yang
telah berhenti dari kebiasaan merokok menunjukkan perbaikan kualitas gusi, sama
seperti yang dialami oleh non-perokok. Selain itu, pendekatan pengurangan
bahaya tembakau melalui penggunaan produk tembakau alternatif seperti rokok
elektronik dapat menjadi komplementer yang baik untuk meningkatkan kenyamanan
wisatawan. Kita bisa melihat ini sebagai langkah positif dalam menciptakan lingkungan
yang bersih dan nyaman bagi semua wisatawan, baik perokok maupun non-perokok,”
tutup Ida Bagus Nyoman.

Press Release ini juga sudah tayang di VRITIMES